Pages - Menu

Kamis, 20 September 2012

...Berteman Yes!, Pacaran No!... ...Berteman Yes!, Pacaran No!...

Laki-laki dan wanita “ditakdirkan” untuk saling tertarik. Pesonanya kerap memberikan suasana yang lain daripada yang lain. Pokoknya, bikin hidup lebih hidup. Lihat deh iklan salah satu produk rokok untuk pa
sar remaja, edisi “jatuh cinta”. Bener-bener lain dari yang lain. Maksudnya, rasakan sendiri deh bedanya. Lho, kok nyuruh?

Hubungan yang terjadi di antara mereka pun nggak jarang bikin heboh. Bahkan banyak “diabadikan” melalui karya sastra dan seni yang bertebaran dalam puisi, lagu, film, dan juga dalam cerpen atawa novel. Dalam lagu misalnya, kayaknya nggak seru kalo nggak ada unsur hubungan antara dua jenis manusia ini. Kamu bisa lihat sendiri, banyak musisi yang menjadikan “kisah” hubungan antara kaum Adam dan kaum Hawa ini. Kisah cinta di antara keduanya pun senantiasa menjadi cerita tersendiri yang menarik untuk disimak. Kisah tentang kepedihan ataupun tentang kebahagiaan, kedua sisi itu tetap punya pesona.

Jelasnya, laki-laki dan wanita ibarat magnet yang berbeda kutub. Satu sama lain saling memiliki daya tarik. Kalo yang laki kutub selatan, maka yang perempuan sudah pasti kutub utara. Atau sebaliknya. Dua kutub ini pasti saling tertarik dan menarik. Kalo nggak saling menarik berarti ada apa-apanya. Misalnya, kedua magnet itu tidak saling berdekatan. Sebab, “hukum asalnya”, magnet hanya akan saling menarik bila masih dalam medan magnet yang bisa dijangkaunya. Kalo berjauhan dijamin kagak bakalan saling menarik. Coba aja, satu magnet sepatu kuda di letakkan di Bandung, dan magnet lainnya disimpan di Jakarta. Walah? He..he..he..

Sobat muda muslim, hubungan antara lelaki dan wanita selalu menarik perhatian. Bahkan ada teman yang bilang, bahwa intensitas pertemuan dua lawan jenis ini bisa menimbulkan “energi” lain. Seperti rasa senang, suka, cinta, bahagia, bahkan juga bisa kebencian. Wah, wah, wah. Kok?
Begini, lelaki dan wanita memang diciptakan dengan kondisi yang berbeda satu sama lain. Baik itu postur tubuh, cara bicara, cara berjalan, juga model suaranya. Wis, pokoke berbeda banget di antara keduanya. Itu pulalah yang kemudian dalam kehidupan sehari-hari memerlukan aturan baku yang bisa menjaga hubungan di antara keduanya.

Dalam batasan aurat misalnya, lelaki dan perempuan berbeda aturannya. Kalo perempuan sekujur tubuhnya adalah aurat, kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Itu artinya, kalo keluar rumah, dan kalo ada lawan jenis yang bukan mahrom di hadapannya, maka auratnya wajib tertutup rapat. Kalo anak laki gimana? Wah, pasti kamu udah pada tahu dong. Yup, anak laki lebih “ringan”. Maksudnya cuma bagian pusar sampe lutut. Dengan begitu, anak laki kalo keluar rumah atau bertemu dengan lawan jenisnya kudu menutup daerah batas aurat tersebut. Kalo melanggar, ya berdosa, dong.
Sobat muda muslim, dalam kondisi di lapangan, kita memang nggak mungkin bisa menghindarkan diri 100 persen dari lawan jenis. Nggak. Nggak mungkin. Kalo pun bisa, gharizah an-na’u (naluri mempertahankan jenis) akan senantiasa hadir dalam diri kita. Bedanya, dalam hal kuat atau tidaknya gelombang perasaan tersebut. Mungkin kalo sering bertemu, gelombangnya makin kenceng, bahkan mungkin menandingi gelombang tsunami (emangnya bisa?). Tapi kalo jarang ketemu, bisa tenang. Terdeteksi sih, kalo ada gelombang perasaan itu, tapi tak sedahsyat kalo sering bertatap wajah atau dengerin suaranya di gagang telepon saat kita mengontaknya.

Nah, karena kita nggak mungkin hidup menyendiri, maka antara lelaki dan wanita juga bisa dibangun mitra kerja. Anggaplah untuk beberapa keperluan, kita bisa bekerjasama dengan lawan jenis. Dalam bahasa mudahnya, kita bisa berteman; entah di kampus, di pesantren, di sekolah, atau di antara pengurus pengajian di lingkungan tempat kita tinggal. Bisa aja kan itu terjadi. Dan memang mutlak terjadi. Hanya saja, perlu aturan main juga, biar nggak kebablasan. Sebab, adakalanya di antara kita yang lupa dan nggak ngeh. Mentang-mentang berteman, tapi yang terjadi adalah gaul bebas. Kan itu bahaya binti gawat, iya nggak? Jadi hati-hati deh!

Berteman dengan lawan jenis
Sebut saja Rina, anak kelas 3 SMU ini terkenal sering curhat sama Ferry, teman sekelasnya. Bagi Rina, punya teman curhat lawan jenis betul-betul mengasyikkan. Alasan beliau, kalo dengan anak cewek lagi suka nggak enak ati. Masih ada perasaan ragu dan khawatir. Apalagi kebetulan temen-temen Rina mulutnya lebih dari satu. Maksudnya doyan ngegosip ke sana kemari. Jadi Rina nggak mau curhat sama temen ceweknya itu. Sebab, terlalu berisiko. Jangan-jangan masalah dirinya bakalan diobral kepada siapa aja. Kan malu. Itu sebabnya Rina lebih percaya sama anak cowok. Menurutnya, anak laki nggak banyak omong. Lagi pula, berdasarkan pengalamannya, Ferry amat ngertiin kondisi dirinya. Karuan aja, itu membuat Rina makin percaya sama anak cowok sekelasnya itu. Maklumlah, anak cowok kan berbeda dalam mengendalikan emosinya ketimbang anak cewek. Benarkah?
Jadi deh, Rina lengket sama Ferry, bahkan punya lagu kebangsaan segala. Apalagi kalo bukan lagu Sobat-nya Padi. Wah, Rina-Ferry ini deket banget bergaulnya. Meski mereka menampik kalo hubungan keduanya adalah pacaran. “Nggak kok, kita cuma berteman,” kilah Rina. Hmm…

Sobat muda muslim, Allah memang menciptakan dua jenis manusia ini. Bahkan bukan hanya itu, Allah Swt. telah menciptakan manusia ini menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Tujuannya adalah untuk saling mengenal. Firman Allah Swt.: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (QS al-Hujurât [49]:13)

Tapi jangan salah, meski tujuan kita adalah berteman, tapi tetep kudu mematuhi rambu-rambu pergaulan. Maklum, dengan lawan jenis kan ada “magnetnya”. Khawatir nggak tahan godaan. Entar “kecebur” aja. Bahaya banget. Itu sebabnya, nggak boleh sesuka kita dalam berbuat. Tapi ada aturan mainnya. Nah, karena kita adalah seorang muslim, maka tentu saja yang dipakai adalah aturan Islam. Bukan aturan lain. Pastikan standarnya adalah Islam.
Berteman dengan lawan jenis, bukan berarti secara ‘saklek’ haram. Nggak. Silakan saja, asal masing-masing memegang prinsip pergaulan yang diajarkan Islam. Sebab, berteman adalah bagian dari sosialisasi kita. Dan yang namanya sosialisasi, bukan berarti hanya dengan kawan sejenis aja kan? Tapi bisa lintas jenis. Anak laki dengan anak puteri.

Kamu yang kebetulan aktif di masjid sekolahan atau lembaga keislaman di kampus, pasti saling membutuhkan peran masing-masing. Anak laki butuh teman dari kalangan anak puteri, dan sebaliknya. Itu ada gunanya pas kita mengelola dakwah di sekolah atau di kampus. Utamanya ketika kita harus berorganisasi untuk keperluan pembinaan. Berarti berteman itu boleh-boleh saja, selama masih menjaga batasan-batasan yang diajarkan Islam.
Seperti apa sih aturan mainnya? Singkatnya begini, anak putra dan anak puteri kalo bertemu untuk membicarakan suatu keperluan dakwah misalnya, harus tetap menjaga diri. Keduanya usahakan harus bertemu di tempat umum; seperti masjid, jalan, atau ruang kelas. Selain itu, kudu tetap menutup aurat. Terus, menjaga pandangan, artinya mata kamu jangan jelalatan kayak mau maling jemuran (uppsss..).

Meski tentu nggak perlu terus menunduk (emangnya lagi ngegojlok semut?). Jangan lupa, kita juga kudu sopan santun dalam berbahasa, artinya kita jangan sembarangan ngomong. Anak puteri kalo pas ngomong dengan anak laki, suaranya jangan dibuat-buat. Tahu kan yang kita maksud? Yes, dibuat semerdu mungkin atau mendesah kayak para pesinden musik dangdut. Sebab, khawatir diterjemahkan lain sama anak laki. Maklum, hubungan ini tetap menyimpan pesona. Sekali lagi, hati-hati!
Untuk semua itu, Allah Swt. telah mengajarkan kepada kita melalui firman-Nya:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, (QS an-Nûr [24]: 31)

Dalam ayat lain Allah Swt. Berfirman: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (TQS an-Nûr [24]: 30)
Dengan begitu, kamu kudu mampu untuk menjaga dan mempertahankan aturan main itu sebagai tameng dalam berteman dengan lawan jenis. Sebab, banyak juga di antara teman remaja yang ngakunya berteman, eh, buktinya malah pacaran. Kan itu berbahaya sobat. Dosa!
Pacaran? No Way!

Bagi sebagian teman remaja, berteman dengan lawan jenis bisa dijadikan sebagai sarana untuk menjajaki hubungan di antara keduanya. Malah lucunya, banyak juga teman remaja yang sulit membedakan antara berteman dengan pacaran. Maklum, kalo kita lihat di lapangan, anak laki dan anak puteri banyak juga yang main bareng layaknya dengan kawan sejenis. Kadang ada juga yang suka main timpuk-timpukan, atau saling curhat. Perbuatan itu menurut sebagian besar teman remaja adalah wajar alias nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Padahal dalam ajaran Islam, hubungan mereka sudah termasuk gaul bebas, meski tidak kelewat batas memang. Tapi celah itu bisa menjadi peluang untuk berhubungan ke arah yang lebih jauh. Maksudnya bisa bikin deket, makin deket dan pengen deket aja. Nggak heran kalo kemudian banyak yang akhirnya nekat z-i-n-a. Naudzubillah min dzalik.
Sobat muda muslim, pacaran adalah salah satu jalan menuju perzinaan.

Itu sebabnya, Allah Swt. sudah mewanti-wanti umat Nabi Muhammad ini melalui firman-Nya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al Isra: 32).


Sobat muda muslim, pacaran bagi sebagian besar teman remaja adalah aktivitas normal. Yakni aktivitas yang tidak perlu dipersoalkan. Malah seringkali para aktivis beratnya punya dalil, bahwa pacaran adalah bagian dari proses kehidupan, khususnya dalam mengenal seseorang. Siapa tahu, suatu saat bisa terus ke pernikahan. Walah? Padahal faktanya, banyak juga yang udah bertualang “luar-dalam”, akhirnya kagak jadian alias salah satu mengkhianati, yakni menikah dengan orang lain. Wuah?
Kamu jangan heran or bingung, dalam kondisi kehidupan yang jauh dari ajaran Islam ini, banyak orang, termasuk remaja menjadi liar. Gaya hidup hedonis (mendewakan kenikmatan materi dan jasmani) yang kemudian melahirkan gaya hidup permisivisme (serba boleh). Akibatnya, banyak teman remaja yang memiliki gaya hidup “semau gue”. Khususnya, dalam ajang gaul bebas.Kasihaaan deh kamu….

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...